
BeritaQ.com , JAKARTA - Pasar Saham di Amerika Serikat (AS) Wall Street Ditutup menguat pada hari Selasa (15/4/2025) waktu lokal akibat kekhawatiran atas ketidaktentuan seputar tarif yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump masih berada pada level tinggi.
Melansir Reuters Pada hari Rabu, tanggal 16 April 2025, indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 9,38 poin, atau 0,17%, sehingga menetap di posisi 5.396,59 poin. Di saat yang sama, Nasdaq Composite berkurang 10,30 poin, atau 0,06%, hingga mencapai angka 16.821,18. Sedangkan, Indeks Dow Jones IndustrialAverage jatuh 155,21 poin, atau 0,38%, merosot ke tingkat 40.369,58.
Di sisi lain, laporan triwulanan yang dihasilkan oleh perusahaan seperti Bank of America dan Citigroup mendorong pertumbuhan sektor finansial, yang pada gilirannya menjadi pemuncak kenaikan indeks S&P 500.
Namun, pihak pengelola bank telah memberi peringatan bahwa pembelanjaan konsumen di Amerika Serikat terancam dengan risiko tinggi apabila goncangan akibat kebijakan dagang dari presiden berlanjutan. Donald Trump berlanjut.
Pendaftaran Federal yang diajukan pada hari Senin menunjukkan bahwa pemerintah Trump juga meneruskan investigasi atas impor obat-obatan dan chip semiconductor, sebagai bagian dari usaha mereka untuk memungkinkan pengenaan bea di bidang-bidang tersebut.
Trump menyatakan bea luarnya secara besar-besaran pada tanggal 2 April ini, hal tersebut menimbulkan keresahan dalam bursa saham serta mendorong ketakutan akan dampaknya. perang dagang Global dan potensi resesi. Sejak ketika itu, para investor tak lagi bisa memusatkan perhatian pada hal lain.
"Kinerja pendapatannya lumayan bagus, namun sektor ini terbebani oleh tariff dan ketidakjelasan dalam perdagangan global, hal tersebut menjadi faktor penentu utama pada kondisi saat ini," jelas Ross Mayfield, pakar strategi investasi dari Baird di Louisville, Kentucky.
"Pada hari ketika Anda kekurangan [katalis] tersebut, pasar menjadi tidak menentu, dan kita melihatnya hari ini."
Saham Johnson & Johnson ditutup dengan harga yang lebih rendah karena perusahaan tidak mencapai perkiraan penjualan alat-alat medisnya, walaupun berhasil melebihi ekspektasi Wall Street terkait pendapatan dan keuntungan kuartalan awal mereka.
Trump sudah menunjukkan adanya potensi pengecualian terkait dengan tariff 25% yang berlaku bagi barang impor seperti kendaraan bermotor dan komponennya. Di sisi lain, Kanada menyebutkan bahwa negara tersebut bakal memberikan insentif atau pengurangan pajak kepada pembuat mobil serta perusahaan lokal di bidang tertentu jika mereka bisa mematuhi syarat-syarat spesifik yang ditetapkan.
Barclays pada hari Selasa merendahkan peringkat sektor otomotif dan mobilitas di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump berpotensi memperngaruhi pendapatan para pembuat mobil. Saham dari salah satu pabrikan otomotif AS, Ford, tutup melemah.
Sementara itu, musim pengumuman hasil keuangan untuk triwulan pertama tahun 2025 baru saja berlangsung. Kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang telah diubah membuat masa depan perusahaan menjadi tidak pasti, sehingga para pakar strategis menduga bahwa para eksekutif akan ragu-ragu dalam memberikan perkiraan laba.
Pemimpin utama dari Johnson & Johnson menyebutkan bahwa bea jatuh pada barang-barang farmasi bisa menimbulkan ketidakstabilan dalam sistem distribusi mereka. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa adanya insentif pajak bakal menjadi metode yang lebih baik untuk memperluas kemampuan manufaktur obat-obatan serta peralatan kesehatan di Amerika Serikat.
Analisis teknikal lebih fokus pada chart mereka setelah moving average harian 50 dari S&P 500 berada di bawah moving average 200-hari pada Senin lalu, menciptakan pola " death cross yang mengindikasikan bahwa perbaikan jangka pendek bisa bertransformasi menjadi tendensi penurunan dalam jangka waktu lama.
Post a Comment for "Bayang-Bayangi Kebimbangan Tarif Trump, Wall Street Terdampar di Zona Merah"